Nah temen2 ini tentang tugas kuliah hehehe
MaKul: INTERAKSI OBAT
Dosen : Imam bagus Sumantri
MaKul: INTERAKSI OBAT
Dosen : Imam bagus Sumantri
ini, Nama Partner'a heheiiiii :
@_@
@_@
ü Muhammad
fadli (111524064)
ü Rudianto (111524066)
ü Rafika
Nur (111524062)
ü Syukriatul
Ulya (111524061)
ü Syahri
Septiana (111524063)
temen2 kita tahu kan bahwasanya byk penduduk khusus di Indonesia itu terserang hipertensi pada umumnya.. ternyata byk makanan atau obat bisa berinteraksi 1 sama lain...sehingga Tekanan Darah bisa naik turun... hmmmmm dan ini plg dikhawatirkan....lho... apalagi buat kaum ibu ibu atau bapak bapak...
smoga yg kita rangkum ini bermanfaat buat anda semua.....
Hipertensi...
smoga yg kita rangkum ini bermanfaat buat anda semua.....
Hipertensi...
PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi berkaitan dengan penurunan usia harapan
hidup dan peningkatan resiko stroke, penyakit jantung koroner dan penyakit
organ target lainnya (misalnya retinopati, gagal ginjal). Masalahnya, resiko
tersebut berjenjang sehingga tidak ada garis batas yang jelas antara pasien yang
harus diterapi dan yang tidak perlu diterapi. Penurunan tekanan darah pasien
yang tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg menurunkan mortilitas dan morbiditas,
tetapi ini bisa mencakup 25% dari populasi. Di Inggris, secara umum diterima
bahwa pada pasien tanpa faktor resiko tambahan, indikasi terapi adalah tekanan
diastolik di atas 100mmHg dan atau tekanan sistolik di atas 160 mmHg. Faktor
resiko lain untuk penyakit vaskular yang bisa bekerja sinergis yaitu merokok,
obesitas, hiperlipidimia, diabetes dan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa
pasien mengalami hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau endokrin (Neal, 2006) .
PENGERTIAN
Hipertensi adalah
suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi normal.
Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang dihubungkan
dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di
masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat
dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif,
gagal ginjal dan penyakit arteri periferal.2.1 Antihipertens. Antihipertensi
adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Antihipertensi
juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun
miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari
modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi
konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan
berolahraga.
Derajat
Hipertensi (WHO)
|
|
Mild
HT
|
140
– 159 mmHg / 90 – 104 mmHg
|
Moderate
HT
|
160
– 179 mmHg / 105 – 119 mmHg
|
Severe
HT
|
>180
mmHg / 120 mmHg
|
Malignan
HT
|
>
180 mmHg / 120 mmHg + Retinopati, Haemorrage, Papil edema
|
Isolated
Syst. HT (<70 th)
|
S
> 160 mmHg; D < 95 mmHg
|
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan yang muncul, apakah
diperlukan pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan haruslah
dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur dan jenis kelamin pasien, tingkat
keparahan kerusakan organ (jika ada) karena tekanan darah tinggi serta
kemungkinan adanya faktor-faktor resiko kardiovaskular, semua harus
dipertimbangkan.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap
instruksi diet dan penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikan mengenai sifat
alami hipertensi dan pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek
samping potensial obat sangat perlu diberikan. Faktor-faktor lain yang dapat
meningkatkan kepatuhan pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan
juga meminta pasien untuk memantau tekanan darahnya selama di rumah
PEMBAGIAN
OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama
(first line drug) yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu:
1)
Diuretik
2)
Antiadrenergik
3)
Vasodilator
4)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-inhibitor)
5)
Antagonis Kalsium
MEKANISME
KERJA
1.
Diuretik
a. Diuretik
tiazid
Mekanisme
kerja : menghambat reabsorbsi Natrium dan Klorida pada pars assendens ansa
henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan
karena efeknya yang boros kalium.
Contoh :
Hidroklortiazid, klortalidon,
indapamid.
b. Loop
diuretik
Mekanisme
kerja : adanya penghambatan
terhadap transport elektrolit Na, K danCl sehingga menyebabkan
hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau.
Contoh
: furosemid, bumetanid.
c. Diuretik
hemat kalium
Mekanisme
kerja : meningkatkan eksresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat
ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretik boros kalium untuk memperkecil
kesetimabangan kalium.
Contoh :
amilorid, spironolakton, triamterin.
d. Diuretik
osmotik
Mekanisme
kerja : menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam
ginjal.
Contoh :
manitol
(Olson,
2003)
2.
Antiadrenergik
Agonis
adrenergik meningkatkan tekanan darahdengan merangsang jantung (reseptor β1)
dan/ atau kontriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Efek adrenegrik dapat
ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan
antagonisasi reseptor adrenergik.
Contoh : propanolol, timolol
a. Penghambat
pelepasan adrenergik prasinapstik
Anti
adrenergik sentral : mencegah aliran
keluar simpatis (adrenergik) dari otak dengan mengaktifkan α2
penghambat.
Contoh :
klonidin, metil DOPA
Antiadrenergik
perifer : mencegah pelepasan noreepineprin dari terminal saraf perifer (misalnya
yang berakhir di jantung).
Contoh :
reserpin, guanetidin.
b. Bloker alfa
dan beta
Bersaing
dengan agonis endogen memperebut reseptor adrenergik. Penempatan resepator α1
oleh antagonis menghambat vasokonstriksi dan penempatan reseptor β1 mencegah
perangsangan adrenergik pada jantung.
(Olson, 2003)
3.
Vasodilator
Mekanisme kerja
: bekerja dengan cara merelaksasikan otot polos arteriol secara langsung
(hidralazin), membuka kanal kalium sensitif ATP (minoksidil dan diazoksid), dan
menjadi donor NO yang bekerja dengan mengaktifkan guanilat siklase dan
meningkatkan konversi GTP menjadi GMP-siklik pada otot polos pembuluh darah
sehingga terjadi penurunan kalsium intrasel yang berujung pada relaksasi
arteriol dan venula ( Na-nitroprusid).
4.
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme
(ACE-inhibitor)
Mekanisme kerja
: menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor,
angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang
produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
Contoh :
kaptopril, lisinopril, enalapril, lamipril (Bunga,
2011)
5. Antagonis
kalsium (AK)
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel melalui chanel-L. AK dibagi 2
golongan besar, yaitu AK non-dihidropiridin (kelas fenilalkilamin dan
benzotiazepin) dan AK dihidropiridin (1,4-dihidropiridin). Golongan
dihidropiridin terutama bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai
OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem konduksi jantung
dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya melalui
vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi perifer (Lucky, 2007)
Contoh : peravamil, nifedipin,
diltiazem, nikardipin
TABEL
INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI
No
|
Obat A
|
Mekanisme Kerja Obat A
|
Obat B
|
Mekanisme Kerja Obat B
|
Interaksi Obat
|
Diuretik
|
Thiazide
diuretics
|
Meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan
air melalui penghambatan transport ion Na melalui epitel tubuli ginjal.
|
Obat Antihipertensi dan diuretik
|
Sesuai dengan mekanisme
antihipertensi dan diuretik
|
Menimbulkan efek aditif (efek samping hipotensi
ortostatik).
|
Hidroklortiazid
|
Trimetoprim
|
Trimethoprim (TMP) memblok
produksi asam tetrahydrofolic dengan menghambat enzim reduktase
dihydrofolate.
|
Kadar natrium yang sangat
rendah terlihat pada beberapa pasien yang menggunakan
hidroklorotiazid dengan amiloride atau triamterene saat pasien diberi
trimetoprim atau kotrimoksazol. Trimethoprim dapat
menyebabkan hiperkalemia dan ini menyebabkan aditif dengan diuretik hemat kalium, termasuk antagonis aldosteron.
|
||
Penghambat Adrenergik
· α-blockers
· β-blockers
· Adrenolitik Sentral
|
Alpha blockers
|
Menghambat reseptor A1 sehingga
menyebabkan vasodilatasi arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi
perifer
|
ACE-inhibitors
|
Menghambat enzim Angiotensin
Converting Enzyme (ACE) sehingga pembentukan Angiotensin II yang
diindikasikan sebagai vasokonstriktor kuat terhambat
|
Peningkatan efek hipotensif oleh
ACEis. Sinergis : Enalapril (ACEis) + Bunazosin. Potensiasi : Alfuzosin,
Prazosin, dan terazosin + ACEis
|
Alpha blockers
|
Beta Blockers
|
Menghalangi norepinephrin dan
epinephrin (adrenalin) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada
saraf-saraf
|
Peningkatan efek hipotensif (pada
umumnya potensiasi karena terdapat beberapa kasus dimana pasien pingsan
karena penggunaan kombinasi ini)
|
||
Beta Bloker
|
Menghalangi norepinephrin dan epinephrin (adrenalin)
dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada saraf-saraf.
|
Calcium-channel
blockers;
Diltiazem
|
Mendepresi
fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta
perifer
|
Efek bradikardia dari beta blockers dapat aditif
dengan keterlambatan dalam konduksi melalui node atrioventrikular (AV node)
disebabkan oleh diltiazem. Hal ini menguntungkan karena meningkatkan efek antianginal
pada kebanyakan pasien, tetapi beberapa efek ini dapat memperburuk kelainan
jantung.
|
|
Beta Bloker
|
Fenitoin
|
Bekerja di korteks motor dalam menghambat penyebaran
aktivitas kejang. Mungkin bekerja dengan mempromosikan pengeluaran natrium
dari neuron, sehingga menstabilkan ambang terhadap hyperexcitability. Juga
menurunkan post-tetanic potentiation di synapse.
|
Adisi efek depresan jantung
|
||
Klonidin
|
Bekerja pada reseptor A2 di SSP
dengan efek penurunan simpathetic outflow
|
ACE-inhibitor
|
Menghambat enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
sehingga pembentukan Angiotensin II yang diindikasikan sebagai
vasokonstriktor kuat terhambat
|
Potensiasi
efek hipotensif apabila kombinasi ini digunakan
|
|
Klonidin
|
Antipsikotik;
Haloperidol
|
memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular
|
Efek
samping hipotensi dari penggunaan antipsikotik dapat menghasilkan adisi efek
hipotensif dengan kombinasinya bersama klonidin
|
||
Vasodilator
|
Diazoksid
|
membuka kanal kalium sensitif ATP
(ATP-dependent pottasium channel) dengan akibat terjadinya effluks
kalium dan hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos
pembuluh darah dan vasodilatasi
|
Hidralazin
|
merelaksasi secara langsung otot
polos arteriol
|
Bersifat adiksi dan dapat
menyebabkan hipotensi akut pada beberapa kasus.
|
Hidralazin
|
merelaksasi secara langsung otot
polos arteriol
|
Beta Blocker
|
Menghalangi norepinephrin dan
epinephrin (adrenalin) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada
saraf-saraf
|
Terjadinya peningkatan level
plasma dari beta bloker (bersifat adiksi)
|
|
ACE-inhibitor dan ARB
|
Kaptopril
|
Menghambat enzim Angiotensin
Converting Enzyme (ACE) sehingga pembentukan Angiotensin II yang
diindikasikan sebagai vasokonstriktor kuat terhambat
|
Tiazida
|
Meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan
air melalui penghambatan transport ion Na melalui epitel tubuli ginjal.
|
Efek antihipertensif yang aditif
|
Lisinopril
|
Garlic capsule
|
Menurunkan tekanan darah
|
efek antihipertensif yang aditif
bahkan mampun menyebabkan pasien kehilangan kesadaran.
|
||
Antagonis Kalsium
|
felodipine
|
Mendepresi
fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta
perifer
|
Alcohol
|
-
|
Kemungkinan Hipotensi postural
meningkat dengan meningkatnya efek antihipertensif. Efek antihipertensif
biasanya bersifat aditif
|
Ca- Channel blockers
|
Alpha blocker
|
Menghambat reseptor A1 sehingga
menyebabkan vasodilatasi arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi
perifer
|
Menurunkan tekanan darah secara aditif
|
CONTOH
OBAT ANTIHIPERTENSI DIPASARAN
Sediaan di Pasaran
· Diuretik : Aldactone,
Furosemid, dan Classic.
·
Antiadrenergik :Bbisovell, B-Beta, Propanolol, Reserpin
dan Carbloxal.
·
Vasodilator
: Brainact, Dizine, dan Ergotika.
· ACE –inhibitor : Accupril,
Captopril, Lisinopril, Captensin, Cardace, dan Angioten
·
Antagonis
Kalsium : Nilardipin, Verapamil, Actapin, Amcor, dan Cardiover
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. (2012). http://poponsweet.blogspot.com/2012/04/antihipertensi.html
Lucky, A. (2007). Jurnal: Peran Antagonis Kalsium dalam Penatalaksaan
Hipertensi. https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:RjQrlSM0DZQJ:indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/530/529+antagonis+kalsium+lucky2007&hl=id&pid=bl&srcid=ADGEESinpvyY6xakyIXZVa6NoBLUY6PUgyeioUBnXwdjWMyrzVVgIQ3MT3L3MBoHQgHXBrMHJc3K4XzWWjYddJTIy87kwj_hubRBGqgpxd5UUJtt4kErYQXAhqFq1kdKzJyHcGj7QiIv&sig=AHIEtbSdpo0eEBdELGuXoTFVWXFDrm0gXA
. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Atau
Midian, S. (2011). Informasi Obat Indonesia. Jakarta : Yayasan Karsa Info Kesehatan.
Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Olson, J. (2003). Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta : Penerbit EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar