Selasa, 08 Januari 2013

Drug Interaction of Antihypertention @_@


Nah temen2 ini tentang tugas kuliah hehehe
MaKul: INTERAKSI OBAT 
Dosen : Imam bagus Sumantri
ini, Nama Partner'a heheiiiii  : 
@_@ 
ü  Muhammad fadli       (111524064)
ü  Rudianto                    (111524066)
ü  Rafika Nur                (111524062)
ü  Syukriatul Ulya         (111524061)
ü  Syahri Septiana         (111524063)
temen2 kita tahu kan bahwasanya byk penduduk khusus di Indonesia itu terserang hipertensi pada umumnya.. ternyata byk makanan atau obat bisa berinteraksi 1 sama lain...sehingga Tekanan Darah bisa naik turun... hmmmmm dan ini plg dikhawatirkan....lho... apalagi buat kaum ibu ibu atau bapak bapak...
smoga yg kita rangkum ini bermanfaat buat anda semua.....

Hipertensi...

PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup dan peningkatan resiko stroke, penyakit jantung koroner dan penyakit organ target lainnya (misalnya retinopati, gagal ginjal). Masalahnya, resiko tersebut berjenjang sehingga tidak ada garis batas yang jelas antara pasien yang harus diterapi dan yang tidak perlu diterapi. Penurunan tekanan darah pasien yang tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg menurunkan mortilitas dan morbiditas, tetapi ini bisa mencakup 25% dari populasi. Di Inggris, secara umum diterima bahwa pada pasien tanpa faktor resiko tambahan, indikasi terapi adalah tekanan diastolik di atas 100mmHg dan atau tekanan sistolik di atas 160 mmHg. Faktor resiko lain untuk penyakit vaskular yang bisa bekerja sinergis yaitu merokok, obesitas, hiperlipidimia, diabetes dan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa pasien mengalami hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau endokrin (Neal, 2006) .

PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi normal. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang  dihubungkan dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit arteri periferal.2.1 Antihipertens. Antihipertensi adalah obat  –  obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan  mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan berolahraga.
Derajat Hipertensi (WHO)
Mild HT
140 – 159 mmHg / 90 – 104 mmHg
Moderate HT
160 – 179 mmHg / 105 – 119 mmHg
Severe HT
>180 mmHg / 120 mmHg
Malignan HT
> 180 mmHg / 120 mmHg + Retinopati, Haemorrage, Papil edema
Isolated Syst. HT (<70 th)
S > 160 mmHg; D < 95 mmHg

Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan yang muncul, apakah diperlukan pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan haruslah dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur dan jenis kelamin pasien, tingkat keparahan kerusakan organ (jika ada) karena tekanan darah tinggi serta kemungkinan adanya faktor-faktor resiko kardiovaskular, semua harus dipertimbangkan.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet dan penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikan mengenai sifat alami hipertensi dan pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat perlu diberikan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan juga meminta pasien untuk memantau tekanan darahnya selama di rumah

PEMBAGIAN OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu:
1)      Diuretik
2)      Antiadrenergik
3)      Vasodilator
4)      Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-inhibitor)
5)      Antagonis Kalsium





MEKANISME KERJA
1.      Diuretik
a.       Diuretik tiazid
Mekanisme kerja : menghambat reabsorbsi Natrium dan Klorida pada pars assendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
Contoh : Hidroklortiazid, klortalidon, indapamid.
b.      Loop diuretik
Mekanisme kerja : adanya penghambatan terhadap transport elektrolit Na, K danCl sehingga menyebabkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau.
Contoh : furosemid, bumetanid.
c.       Diuretik hemat kalium
Mekanisme kerja : meningkatkan eksresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretik boros kalium untuk memperkecil kesetimabangan kalium.
Contoh : amilorid, spironolakton, triamterin.
d.      Diuretik osmotik
Mekanisme kerja : menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal.
Contoh : manitol
(Olson, 2003)

2.      Antiadrenergik
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darahdengan merangsang jantung (reseptor β1) dan/ atau kontriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Efek adrenegrik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan antagonisasi reseptor adrenergik.
Contoh  : propanolol, timolol
a.       Penghambat pelepasan adrenergik prasinapstik
Anti adrenergik sentral : mencegah aliran  keluar simpatis (adrenergik) dari otak dengan mengaktifkan α2 penghambat.
Contoh : klonidin, metil DOPA
Antiadrenergik perifer : mencegah pelepasan noreepineprin dari terminal saraf perifer (misalnya yang berakhir di jantung).
Contoh : reserpin, guanetidin.
b.      Bloker alfa dan beta
Bersaing dengan agonis endogen memperebut reseptor adrenergik. Penempatan resepator α1 oleh antagonis menghambat vasokonstriksi dan penempatan reseptor β1 mencegah perangsangan adrenergik pada jantung.
(Olson, 2003)

3.      Vasodilator
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara merelaksasikan otot polos arteriol secara langsung (hidralazin), membuka kanal kalium sensitif ATP (minoksidil dan diazoksid), dan menjadi donor NO yang bekerja dengan mengaktifkan guanilat siklase dan meningkatkan konversi GTP menjadi GMP-siklik pada otot polos pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kalsium intrasel yang berujung pada relaksasi arteriol dan venula ( Na-nitroprusid).

4.      Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-inhibitor)
Mekanisme kerja : menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
Contoh : kaptopril, lisinopril, enalapril, lamipril (Bunga, 2011)

5.      Antagonis kalsium (AK)
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium ke dalam sel melalui chanel-L. AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK non-dihidropiridin (kelas fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin (1,4-dihidropiridin). Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi perifer (Lucky, 2007)
Contoh : peravamil, nifedipin, diltiazem, nikardipin





TABEL INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI
No
Obat A
Mekanisme Kerja Obat A
Obat B
Mekanisme Kerja Obat B
Interaksi Obat
Diuretik
Thiazide diuretics

Meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan air melalui penghambatan transport ion Na melalui epitel tubuli ginjal.
Obat Antihipertensi dan diuretik
Sesuai dengan mekanisme antihipertensi dan diuretik
Menimbulkan efek aditif (efek samping hipotensi ortostatik).
Hidroklortiazid
Trimetoprim
Trimethoprim (TMP)  memblok produksi asam tetrahydrofolic dengan menghambat enzim reduktase dihydrofolate.
Kadar natrium yang sangat rendah terlihat pada beberapa pasien yang menggunakan hidroklorotiazid dengan amiloride atau triamterene saat pasien diberi trimetoprim atau kotrimoksazol. Trimethoprim dapat menyebabkan hiperkalemia dan ini menyebabkan aditif dengan diuretik hemat kalium, termasuk antagonis aldosteron.
Penghambat Adrenergik
·  α-blockers
·  β-blockers
·  Adrenolitik Sentral
Alpha blockers
Menghambat reseptor A1 sehingga menyebabkan vasodilatasi arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer
ACE-inhibitors
Menghambat enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE) sehingga pembentukan Angiotensin II yang diindikasikan sebagai vasokonstriktor kuat terhambat
Peningkatan efek hipotensif oleh ACEis. Sinergis : Enalapril (ACEis) + Bunazosin. Potensiasi : Alfuzosin, Prazosin, dan terazosin + ACEis
Alpha blockers
Beta Blockers
Menghalangi norepinephrin dan epinephrin (adrenalin) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada saraf-saraf
Peningkatan efek hipotensif (pada umumnya potensiasi karena terdapat beberapa kasus dimana pasien pingsan karena penggunaan kombinasi ini)
Beta Bloker
Menghalangi norepinephrin dan epinephrin (adrenalin) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada saraf-saraf.
Calcium-channel blockers;
Diltiazem
Mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta perifer
Efek bradikardia dari beta blockers dapat aditif dengan keterlambatan dalam konduksi melalui node atrioventrikular (AV node) disebabkan oleh diltiazem. Hal ini menguntungkan karena meningkatkan efek antianginal pada kebanyakan pasien, tetapi beberapa efek ini dapat memperburuk kelainan jantung.
Beta Bloker
Fenitoin
Bekerja di korteks motor dalam menghambat penyebaran aktivitas kejang. Mungkin bekerja dengan mempromosikan pengeluaran natrium dari neuron, sehingga menstabilkan ambang terhadap hyperexcitability. Juga menurunkan  post-tetanic potentiation di synapse.
Adisi efek depresan jantung
Klonidin
Bekerja pada reseptor A2 di SSP dengan efek penurunan simpathetic outflow
ACE-inhibitor
Menghambat enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE) sehingga pembentukan Angiotensin II yang diindikasikan sebagai vasokonstriktor kuat terhambat
Potensiasi efek hipotensif apabila kombinasi ini digunakan
Klonidin
Antipsikotik;
Haloperidol
memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular
Efek samping hipotensi dari penggunaan antipsikotik dapat menghasilkan adisi efek hipotensif dengan kombinasinya bersama klonidin
Vasodilator
Diazoksid
membuka kanal kalium sensitif ATP (ATP-dependent pottasium channel) dengan akibat terjadinya effluks kalium dan hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh darah dan vasodilatasi
Hidralazin
merelaksasi secara langsung otot polos arteriol
Bersifat adiksi dan dapat menyebabkan hipotensi akut pada beberapa kasus.
Hidralazin
merelaksasi secara langsung otot polos arteriol
Beta Blocker
Menghalangi norepinephrin dan epinephrin (adrenalin) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada saraf-saraf
Terjadinya peningkatan level plasma dari beta bloker (bersifat adiksi)
ACE-inhibitor dan ARB
Kaptopril
Menghambat enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE) sehingga pembentukan Angiotensin II yang diindikasikan sebagai vasokonstriktor kuat terhambat
Tiazida
Meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan air melalui penghambatan transport ion Na melalui epitel tubuli ginjal.
Efek antihipertensif yang aditif
Lisinopril
Garlic capsule
Menurunkan tekanan darah
efek antihipertensif yang aditif bahkan mampun menyebabkan pasien kehilangan kesadaran.
Antagonis Kalsium
felodipine
Mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta perifer
Alcohol
-
Kemungkinan Hipotensi postural meningkat dengan meningkatnya efek antihipertensif. Efek antihipertensif biasanya bersifat aditif
Ca- Channel blockers

Alpha blocker


Menghambat reseptor A1 sehingga menyebabkan vasodilatasi arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer
Menurunkan tekanan darah secara aditif


CONTOH OBAT ANTIHIPERTENSI DIPASARAN
Sediaan di Pasaran
·         Diuretik : Aldactone, Furosemid, dan Classic.
·           Antiadrenergik :Bbisovell, B-Beta, Propanolol, Reserpin dan Carbloxal.
·         Vasodilator : Brainact, Dizine, dan Ergotika.
·     ACE –inhibitor : Accupril, Captopril, Lisinopril, Captensin, Cardace, dan Angioten
·         Antagonis Kalsium : Nilardipin, Verapamil, Actapin, Amcor, dan Cardiover

DAFTAR PUSTAKA
Midian, S. (2011). Informasi Obat Indonesia. Jakarta : Yayasan Karsa Info Kesehatan.
Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga
Olson, J. (2003). Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta : Penerbit EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar